Pasar Wodi dan Cerita Mistis di Balik Keberadaannya

 Pasar Wodi dan Cerita Mistis di Balik Keberadaannya

DOMPU, MEDIA AMANAT-Pasar Wodi yang berada di Desa Baka Jaya Kecamatan Woja menjadi salah satu penggerak roda perekonomian masyarakat Dompu. Pasar desa itu kian sumpek saja, karena pedagang berdesakan memanfaatkan sekecil apa pun celah untuk berjualan hingga mengokupansi sebagian badan jalan guna menggelar dagangannya.

Namun terlepas dari hiruk pikuk berputarnya roda ekonomi di tempat itu, bagi generasi milenial mungkin merasa penasaran mengapa pasar rakyat itu dinamakan Pasar Wodi. Apa lagi penamaan itu tidak terkait dengan nama wilayah atau tokoh yang biasanya disematkan untuk sarana umum.

Sejumlah bangunan toko berjejer di sepanjang jalan sekitar pasar Wodi

Berdasarkan informasi yang dihimpun Media Amanat.com dari sejumlah sumber, penamaan pasar yang kini menjadi penopang roda perekonomian terutama bagi warga setempat sebenarnya lebih disebabkan di tempat itu tumbuh sebuah pohon besar yang orang Dompu-Bima menamai Wodi.

Pohon yang diperkirakan berumur ratusan tahun itu sesungguhnya sudah tidak ada lagi di tempatnya sekitar 20-an tahun lalu akibat tumbang karena dimakan usia. Pohon Wodi juga sebenarnya dianggap langka, karena hanya ada di tempat tertentu saja. Jenis pohon yang rimbun mirip beringin itu mempunyai buah sebesar biji tasbih.

Saat musimnya, pohon besar dan tinggi menjulang  yang diyakini menjadi rumah bagi mahluk tak kasat mata itu akan berbuah lebat. Meskipun rasanya agak sepat, tapi anak-anak warga setempat kala itu biasanya mengkonsumsi buah tersebut untuk sekedar camilan. Apa lagi masa itu sangat jarang pohon buah bisa tumbuh di desa yang berada tepat di kaki gunung Nowa karena kondisi alamnya yang sangat kering dan tandus.

Bagi anak-anak yang lahir di bawah tahun 1980 saat musim berbuah Wodi, mereka biasanya berkumpul di lokasi pasar untuk memungut buah yang jatuh. Biasanya mereka memanfaatkan lidi untuk mengumpulkan buah Wodi dengan cara menusuk layaknya sate. Terlebih lagi kantungan kresek dari plastik belum dekenal masa itu.

Meskipun pohon besar yang tiba-tiba tumbang itu sudah tidak ada lagi di tempatnya, namun cerita mistis di balik keberadaannya dulu masih berkembang sampai sekarang. Pasalnya, tidak jarang warga sekitar yang mengaku melihat penampakan mahluk aneh hilir mudik memotong jalan di lokasi itu pada saat sepi dan tengah malam. Bahkan jika terjadi kecelakaan lalulintas di lokasi itu selalu dikaitkan dengan hal gaib dari penghuni pohon Wodi.

Termasuk bila ada warga sekitar yang sakit atau tiba-tiba merasa kepala atau rahangnya terpukul hingga posisi mulutnya tidak proporsional lagi, diyakini merupakan ulah penunggu di pohon itu. Hal itu dikuatkan dengan ada beberapa warga sekitar yang mengalaminya.

“Kisah penamaan pasar itu karena ada pohon Wodi yang tumbuh di tempat itu. Dulunya tempat itu juga diyakini angker. Banyak warga sekitar yang melihat penampakan mahluk halus. Tapi sekarang, mungkin karena sudah ramai atau sejak pohonnya tumbang, sudah tak ada lagi yang aneh-aneh,” kata Abdullah.

Mungkin seiring tingginya mobilitas serta aktifitas masyarakat di pasar yang pernah terbakar hebat beberapa tahun lalu, setidaknya tak ada lagi yang memperdulikan hal mistis di lokasi itu. Kini pasar Wodi terus berbenah dan menjelma sebagai salah satu pusat perbelanjaan tradsional alternatif yang kian berkembang dengan tersedianya seluruh kebutuhan hidup masyarakat Dompu. Bahkan tempat usaha semakin tumbuh subur di sekitar lokasi pasar.(Muhamad Rifai)